top of page

Menulis - Trendsetter untuk Jujur pada Diri Sendiri

  • Oswald da Iry
  • Feb 3, 2017
  • 3 min read

Sekitar dua bulan lalu, seorang teman saya Tido mengirimi chat via line. Dia meminta tolong kepada saya untuk membuatkannya blog. Saya yang sebenarnya sudah mulai mengutak-atik web design via wix.com menjadi sedikit tertarik untuk membantunya sekaligus menyarankan Tido untuk memakai wix.com.

Spontan, kami berdua yang hari itu sedang tidak ada kerjaan bertemu dan mendiskusikan hal ini. Tido menghampiri saya di kos. Tido memulai pembicaraan dengan menceritakan keprihatinannya tentang kuliah. Ia mengira ia akan belajar sastra, tetapi yang ia pelajari justru lebih mengarah kepada literatur. Saya sendiri tidak begitu paham perbedaan antar keduanya. Namun, saya paham bahwa Tido datang dan meminta tolong ke saya untuk menyelesaikan keprihatinannya itu.

Beberapa saat kemudian, saya menunjukkan Tido web yang saya buat via wix.com. Web yang sebenarnya masih belum selesai karena saya amat malas menyelesaikan konten-konten di dalamnya. Saya kemudian menyarankan Tido untuk menggunakan wix.com juga.

Ternyata Tido juga malas. Malas untuk mengurusi web, sehingga kedatangannya malam itu justru berlanjut dengan sebuah tawaran. Saya menawarkan jasa admin web untuk Tido. Jadi sistemnya, Tido membuat konten dan saya tinggal memposkannya, serta mengatur desain untuk webnya. Kami janjian bahwa setiap Jumat, Tido akan mengirimkan konten untuk saya.

Progress berjalan dengan baik, desain jadi dalam waktu tiga hari. Saya masih menunggu konten dari Tido untuk saya publishkan di webnya. Begitu selesai, saya mengabari Tido bahwa webnya sudah siap publish. Sambil menunggu balasan, saya yang saat itu memegang HP iseng-iseng men-scroll timeline di Line Chat.

Saya terkejut sekaligus merasa geli. Ternyata Popo, teman SMA saya yang berkuliah di ITB juga membuat blog. Yang membuat saya lebih geli adalah, tagline di home Tido dan Popo sama persis,"Hari Ini, Esok, dan Kemarin." Dalam batin, saya membayangkan Tido akan misuh begitu mengetahui tagline home blog dan web mereka yang ternyata sama. Sial..

Beberapa minggu setelah itu, saya bertemu dengan teman SMA saya yang lain. Kami saling share tentang pengalaman kami masing-masing di kampus yang baru. Di tengah share kami, kami lagi-lagi membicarakan web dan blog. Tido misuh-misuh ketika kami ejek bahwa tagline home webnya meniru tagline milik Popo. Karena Popo sudah mempublishkan webnya lebih dahulu daripada Tido. Alfon juga mensharekan kepada kami bahwa ia juga memiliki niat untuk blogging, dan semuanya kandas, ketika Popo seakan mencuri start kami semua yang punya niat untuk blogging ataupun nge-web.

Selang beberapa waktu setelah itu, saya melihat instagram story Alfon yang berisi alamat blognya. Saya iseng-iseng untuk membuka blog miliknya. Ya, tulisannya serba keren dan membuat saya sedikit bingung karena tidak bisa langsung mencerna apa yang ia tulis. Saya juga mendengar kabar bahwa ada teman lain yang mulai blogging juga.

Ternyata, peristiwa ketika Popo dan Tido membuat tagline home yang sama persis tidak berujung pada bercandaan kami. Kami, yang baru mulai masuk kuliah justru jadi punya kegiatan baru yang ternyata asyik juga : menulis.

Saya dan teman-teman saya menjadi giat menuliskan apa saja yang terjadi di seputar kehidupan kami. Kami menulis dengan gaya kami masing-masing. Mungkin Alfon dengan gaya idealisnya, Tido dengan gaya sastrawannya, atau Popo yang menulis blog seperti menuliskan rumus.

Saya merasakan bahwa apa yang saya dan teman-teman lain tulis memberikan sebuah energi positif. Kami belajar untuk jujur pada diri kami masing-masing. Kalau saya ingin berekspresi mengenai kejadian A, saya bisa memberikan pandangan, kajian, atau bahkan kritik terhadap kejadian A. Ketika saya ingin menceritakannya saja, itu pun sudah cukup. Tidak ada batasan-batasan yang begitu sulit ketika saya menulis. Saya menulis apa yang saya ingin tulis.

Kejadian 'sebuah tagline home yang sama' pada keberlanjutannya justru membawa saya dan (mungkin) teman-teman lain mengekspresikan sesuatu lewat tulisan. Sebuah metode lama dengan pengemasan yang baru-yang dulunya lewat kertas folio, sekarang lewat blog dan sarana-sarana canggih lain untuk menulis online.

Kali ini saya dapat memaknai bahwa blogging atau nge-web merupakan trendsetter, agar seseorang bisa jujur dengan diri mereka sendiri. Baik apa yang manusia pikirkan, manusia rasakan, dan yang manusia lakukan.

Oh iya, selamat hari pahlawan.

Comments


Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square

oswaldtheman featuring wix.com

bottom of page